SENJABERGANTI

kata-kata berjalan ini , semoga dapat terangkum mengiringi hari-hari dimana aku ada di dalamnya ... bukan bermaksud, kalau terbaca ...

Wednesday, May 07, 2008

Mengapa aku belum juga hamil?

Sedih nian hatiku Tuhanku...
Perihnya tak terkira....
Sakit sungguh....

Hatiku selalu bertanya-tanya dosa apa aku pada Tuhanku, Manusiaku dan Bumiku?
Adakah sebongkah murka yang tak pernah teredam?
Adakah sesudut kepedihan yang selalu menganga?

Hingga rasanya terlalu susah membangun jalan bagi anak-anakku...
Lemah rasanya diri ini, lunglai tak bertepi...
Dengan segala kehampaan yang selalu saja mengintai untuk menyergap..

Tuhan, ampuni aku apabila selaksa salah dan alpaku membuatMu tak berkenan...
Kugiring semua tobatku untuk memeluk ridhomu..
Dan Sungguh Allah, benar-benar kami tak pernah beringsut menyangsikan kuasaMu...

Tapi Allah, mungkin aku memang hambamu yg dzalim...
Tak henti-hentinya mencari-cari sebab...
Berusaha mencari-cari kesalahan di setiap lipatan hati...
Mengalihkan kesedihan dengan menciptakan kesedihan lain...

Rasanya tidak ada orang lain yang sesedih aku...
Perasaan alami yang selalu menyeruak...
Mengasihani diri sendiri..
Merasa orang paling malang di seantero bumi...

Tuhan, jangan tinggalkan aku...
Setiap kali dua garis itu belum aku temukan...
Setiap kali itu pula tanpa kuasa air mataku menetes...
Detik itu juga hatiku retak... secuil demi secuil jatuh berdentang...

Allah.. Allah.. Allah...
Aku merasa selapis imanku terlepas..
Gemetar aku.. menyesali keadaaan.. dan merasa Engkau tidak mencintaiku...

Allah.. Allah.. Allah...
Ampunkan aku, yang merasa Engkau tidak adil kepadaku...
Padahal mungkin inilah yang terbaik untukku...
Untuk keluargaku.. untuk kehidupanku...
Ah, aku dengan segala kepicikanku..

Suamiku... Ya Allah...
Orang terbaik yang pernah aku temui...
Sosok tersabar, dengan segala kelebihan dan kekurangannya..
Selalu penuh dengan pemakluman...
Terbungkus indah dengan cinta dan kasih sayang...

Pemilik tulang rusukku yang hilang,
Sigaran nyawaku....
Tempat pembuangan akhir segala sampah sedih dan dukaku...
Timbunan keluhan dan perih yang selalu kusalurkan, saat aku selalu menemui satu garis...

Segala tangisan dan pertanyaan aku tumpahkan di dadanya...
Dada suamiku...
Tanpa perduli...
Aku menyandarkan sepenuh-penuh tubuhku kepadanya...

Tapi ya Allah....
Aku khilaf... Aku lupa...
Aku telah berbuat tak adil pada lelakiku satu-satunya...
Aku telah mendzaliminya....
Ya Allah...

Allah.. Allah.. Allah...
Tanpa sadar aku terus menimbunnya dengan residu...
Dengan segala limbah kesedihan,
Yang ternyata mengatasnamakan cinta dan manjaku...

Tidak kusadari kalau sedihnya pasti sepertiku...
Bahkan mungkin sedihnya melebihiku,
Selain sedih karena dua garis itu tak kunjung muncul,
Pilu tertingginya pasti karena sedihku...
Meranggas melihat istrinya selalu mengaku kalah...

Allah.. Allah...
Aku terlupa bahwa suamiku juga sebuah sosok..
Seseorang yang pasti juga memiliki bagian yang berhak untuk sedih...
Perisai yang dimilikinya pasti bisa juga terkikis...

Dan aku baru menyadari,
Bahwa hanya akulah yang bisa mengikisnya dengan mudah dan cepat...
Karena akulah sumber kuatnya, segala muara semangatnya...
Tetapi aku juga yang akan menjadi sumber terbesar kesedihan dan kepiluan hatinya...

Maafkan aku Allah...
Maafkan aku dengan segala keterbatasan yang aku miliki...
Aku yang hina yang serasa memiliki hak untuk memaksa...
Maafkan aku..

Suamiku,
Mohon maaf...
Rengkuhanmu yang berlebih, selalu tiada terasa cukup buatku...
Senantiasa aku menyurukkan kepalaku dan sedihku padamu seorang...

Mungkin aku silap untuk menyediakan rengkuhanku untukmu...
Selalu aku merasa yang paling sengsara...
Padahal pada saat bersamaan, mungkin engkau juga ingin bersandar sepenuh-penuhnya...
Berhasrat menumpahkan kepiluan, yang tak kunjung terkuras..
Karena engkau mendulukan menguras kepiluannku...
Dan menyimpan kesedihanmu dalam-dalam...

Suamiku,
Aku ingin merengkuhmu...
Dan menjadikan kebersamaan kita menjadi penutup segala putus asa...
Mengikis habis risaumu dan risauku...

Suamiku,
Maafkan istrimu...
Aku mendambamu dalam bahagiaku...
Seperti katamu selalu, ”Sampai akhir Mandaku.. Sampai akhir istriku....”

Allah.. Allah.. Allah...
Matur sembah nuwun..
Atas segala kelapangan..
Atas segala kelegaan hati yang Engkau limpahkan kepada hambamu ini...

JanjiMu kami dapatkan ya Allah...
”Maka menikahlah diantara kalian, maka kalian akan saling menyayangi dan tenteram”

Jakarta, 7 Mei 2008
Untuk suamiku,
Muhammad Roby Hervindo
Warna dalam hidupku....

3 Comments:

At 5:52 AM, Blogger Rosalia Melisa said...

heyy..., farischa iki koen ta ??? wah, aku seneng iso ketemu neng blogger he ?? sik inget aku ora ?? hehe konco sebangku neng smada :p
piye kabarmoe ?? saiki koen neng ngendi ?? alamakk aku sih inget panggilan kesayangan dirimu loh.. lekkk parr hehehe :)
ngomong2 gaya tulisanmu masih tajam kayak dulu boww , wah emang anak teater tenan ^^

 
At 3:52 AM, Blogger Rosalia Melisa said...

huehehehe..iyo aku melisa, bukan melly loh :p, kabarkoe baik, sekarang aku kerja di suroboyo , status masih menikmati masa2 mbulet single hehe :p, kabare si melly , barusan tahun lalu merit, sekarang udah punya baby cowok, bojo'e si Inage , orang jepang, si melly masih tetep kayak dulu nggak kuru2 he :), kalo si ely aku malah tahu kabare dari lita, adikku pas ketemu neng madiun, sekarang kerja di madiun jadi kepala marketing bank mega, wes merit juga , karo iku loh kakak kelas pas kuliah neng bandung..
koen yo opo kabare ?? kerja neng endi ? so sory yo, aku baca d blog, nama suami bukan 'bapak' yang itu ? :)
aku pikir wes pasti jadi sama dia loh :), yo weslah, sing penting doaku kamu bahagia di hidupmu yo ris, ^^
btw, kapan yo arek2 podo kumpul2 maneh ?? kabar-kabari ya...

 
At 7:39 PM, Blogger widya said...

perlu tak garisi ta Ris ben oleh rong garis:))
guyon desu...

 

Post a Comment

<< Home